Pendidikan

MEMBANGUN  GENERASI  BERKUALITAS DI BULAN SUCI

5
×

<a><strong>MEMBANGUN  GENERASI  BERKUALITAS DI BULAN SUCI</strong></a>

Sebarkan artikel ini

Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi sebagai khalifah. Sebagai Khalifah manusia memiliki sifat utama, yaitu memimpin. Pemimpin selalu berada pada posisi terdepan dalam  menghadapi segala hal dan keadaan. Untuk itulah manusia harus terus diasuh dan diasah baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya agar dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang khalifah. Di sini dapat dilihat peran dunia pendidikan sangat urgen dalam membentuk karakter seorang calon khalifah atau pemimpin untuk masa yang akan datang. Selama hidup di dunia, manusia tidak dapat terlepas dari proses belajar (long life education). Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. R.Hilgrd (1948) menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku akan diperoleh melalui latihan. Perubahan tersebut, didukung dari lingkungan positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan terjadi secara menyeluruh pengetahuan(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

Proses belajar tersebut, dapat diperoleh seseorang di semua lingkungan tempat dimana dia hidup atau bertempat tinggal, baik lingkungan informal (keluarga), lingkungan formal (sekolah), dan lingkungan nonformal (masyarakat sekitar). Pendidikan yang diperoleh dapat berupa pendidikan umum dan pendidikan agama. Pendidikan umum akan berhubungan dengan bagaimana seseorang dalam mengurus kelangsungan hidupnya di dunia berdasarkan pengetahuan tentang konsep-konsep, teori-teori, fakta-fakta, dan eksperimen-eksperimen  yang ditemui di lapangan dan disepakati bersama agar terpenuhi kebutuhan hidup dan terjalin keharmonisan dalam kehidupan dunia. Adapun pendidikan agama berhubungan dengan bagaimana seseorang menjalankan aktivitas hidup yang dikaitkan dengan ajaran-ajaran ketuhanan atau ajaran agama. Hal ini dilakukan karena manusia yakin dan percaya bahwa tujuan akhir hidupnya adalah  kembali menemui Tuhannya. Untuk itu, mempersiapkan generasi penerus merupakan tanggung jawab generasi sebelumnya supaya mereka selamat dalam kehidupan akhirat kelak. dijelaskan dalam AlQuran, Surat (66:6) “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Dalam ajaran agama Islam, membekali ilmu agama kepada generasi penerus/anak, harus mencakup semua hal yang berhubungan dengan Rukun Iman dan Rukun Islam. Aturan-aturan tentang kedua rukun itu dijelaskan secara detail dalam Kitab Suci Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Alqur’an menjelaskan bagaimana cara menjalin hubungan dengan Allah, Tuhan yang Mahaesa (hablum minallah) dan cara menjalin hubungan dengan manusia (hablum minannas). Rukun Islam mengatur hal-hal yang berhubungan dengan keislaman/, syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji. Ummat Islam di seluruh dunia saat ini sedang menjalankan ibadah puasa. Ini merupakan momentum bagi para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai puasa kepada anak-anak mereka. Dengan demikian anak akan terbiasa dengan rutinitas ibadah yang mengandung nilai pembentukan karakter, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, komunikatif, baik dan rendah hati, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab, hormat/santun.

Ibadah puasa merupakan salah satu sarana bagi ummat Islam untuk membentuk karakter ummat. Banyak nilai-nilai mulia yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa. Melalui puasa ditanamkan pada diri anak keyakinan/kepercayaan bahwa perintah puasa itu datangnya dari Allah SWT dan harus dijalankan sesuai aturan yang telah ditetapkan dalam kitab suci Alqur’an. Dengan berpuasa tubuh akan sehat, pikiran bersih dan lapang dada. larangan-larangan pada saat berpuasa akan menumbuhkan sikap taat, patuh. Sehingga anak terdidik menjadi lebih religius. Puasa juga mendidik anak bersikap jujur. Dimanapun dia berada akan tetap berpuasa walau tidak ada satu orang pun yang mengawasinya. Selain itu, anak dilatih untuk disiplin waktu. Anak tahu kapan waktunya makan dan kapan tidak boleh makan dan itu semua sudah diatur. Anak dibiasakan disiplin serta bertanggung jawab pada dirinya. Dia tahu waktu, kapan harus ibadah dan kapan waktunya bermain. Ketika anak puasa, secara langsung dia dididik untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak mampu, sehingga akan tertanam rasa prihatin, peduli lingkungan, peduli sosial, baik, dan rendah hati.

 Di bulan suci Ramadhan, kegiatan tadarrus sudah merupakan suatu tradisi.  Pembiasaan yang terus menerus dilakukan ummat Islam dalam membaca Alquran. Tadarrus mendidik anak gemar membaca. Kegiatan membaca secara bergantian ini akan membangkitkan motivasi anak untuk berliterasi. Saling mengingatkan jika ada bacaan yang kurang tepat. Dengan demikian tercipta rasa kebersamaan dan mau menerima pendapat orang lain. Jika hari-hari di luar bulan ramadhan anak-anak membaca Alqur’an hanya selesai maqrib, tetapi pada saat bulan suci Ramadhan, tadarus Alqur’an lebih ditingkatkan. Selain itu,  anak-anak dituntut mampu menuliskan simpulan hasil ceramah ustad yang didengarnya pada saat ceramah. Dan masih banyak lagi aktivitas literasi yang diadakan, seperti lomba menulis kaligrafi, lomba pidato, lomba tahfiz Qur’an, lomba bacaan sholat dan lainnya. Semua itu akan menciptakan generasi unggul, cerdas,  religius yang berkarakter.  Jika  kita gali lebih dalam lagi tentang pelaksanaan ibadah puasa, maka akan banyak nilai-nilai positif lain yang ditemukan. Dengan ketentuan, apabila ibadah ini dijalankan sesuai aturan-aturan yang telah digariskan Allah SWT, maka akan terbentuk generasi berkualitas/ gold age sebagai aset  pembangun bangsa dan negara di masa yang akan datang. (Oleh: Hasnidar UMSU)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *